ANALISIS
FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA
SAHAM PERBANKAN YANG
TERDAFTAR PADA
INDEKS LQ 45
Amanda WBBA
Wahyu Ario Pratomo
ABSTRACT
This research aimed to determine the
effect of fundamental’s aspect and systematic risk to the stock price of bank
on the list of LQ 45. Fundamental analysis is a picture of the bank company’s
performance based on fundamental aspects. Systematic risk (BETA) is a risk that
affects the market price of the existing shares on the stock exchange.
Fundamental analysis is the form of financial ratios and Beta are identified
variables could affect the stock price.
The variables used in this research are
financial ratios, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) Price Earning Ratio (PER), and
Beta. Beta is a risk systematic sensitivity indicator of the stock market. This
research used panel data which is a combination of the data time-series and
cross-section with multiple linear regression models. The data was then
estimated by Fixed Effect Model (FEM) and processed with the program Eviews 7.
The results showed that the independent variables, Debt to Equity Ratio (DER),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) and BETA significant
affected on bank stock prices LQ 45 while the Return On Assets (ROA) and Return
on Equity (ROE) not significant affected on bank stock prices LQ 45. The
independent variables used in this research are affected the stock price of
bank in LQ 45 as the dependent variable with R-square 0.988096 and probability
0.000000.
Keywords: Return
On Assets (ROA),
|
Return On
Equity (ROE), Debt
to
|
Equity
|
Ratio (DER),
Earning
|
Per
|
Share (EPS),
Price Earning Ratio
|
(PER),
|
Systematic
Risk (BETA)
|
|
|
|
PENDAHULUAN
Pasar
modal mempunyai peran penting dalam perekonomian menjadi faktor pembiayaan dan
alternatif sumber dana operasional bagi perusahaan-perusahaan yang ada di suatu
negara. Bahkan sering dikatakan perkembangan negara maju ditandai oleh
perkembangan pasar modalnya. Perkembangan pasar modal Indonesia terbilang pesat
tidak terlepas dari semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan di suatu
negara, positifnya tanggapan masyarakat dan campur tangan pemerintah.
Perkembangan ini dapat kita lihat dari kenyataan banyaknya perusahaan go
public yang berkontribusi dalam perekonomian Indonesia. Pasar modal yang
merupakan sarana dalam berinvestasi yang dikatakan merupakan motor penggerak
pembangunan ekonomi. Sekarang ini ada lebih dari 400 perusahaan go public
yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia (disingkat
BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil
penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).
Demi efektivitas operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk
menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dan Bursa Efek Surabaya
sebagai pasar obligasi dan derivatif (http//id.wikipedia.org/wiki/Bursa Efek
Indonesia).
Perusahaan go public adalah perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek yang menawarkan sahamnya kepada investor. Sering juga
disebut sebagai emiten atau issuer. Di BEI sendiri terdapat 7 jenis
indeks harga saham yaitu, Indeks Harga Saham Individual (IHSI), Indeks Harga
Saham Sektoral (IHSS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Indeks
Syariah, Indeks Papan Utama (Main Board Index), dan indeks Kompas 100.
Indeks LQ 45 adalah merupakan daftar 45 saham
unggulan terpilih paling likuid dan paling aktif dalam penjualan sahamnya di
Bursa Efek. Saham perusahaan yang tercatat pada indeks ini merupakan saham
terbaik yang telah diseleksi dengan beberapa kriteria tertentu dalam beberapa
periode. Kedudukan perusahaan setiap periode akan berbeda-beda, akan ada yang
tetap bertahan namun ada juga yang masuk dan keluar dari list LQ 45.
Biasanya setiap bulan Februari sampai dengan Agustus setiap tahunnya, BEI mengeluarkan
list LQ 45 terbaru. Saham-saham unggulan tersebut terdiri dari berbagai
jenis sektor yang ada di Indonesia baik industri manufaktur, pertambangan,
makanan-minuman, perbankan, jasa dan lainnya.
Saham perbankan merupakan saham yang paling
diminati. Bahkan sempat dikabarkan mengungguli pertumbuhan Indeks Harga Saham
Gabungan, walaupun pada pertengahan tahun 1997 dan pada krisis keuangan global
tahun 2008 yang lalu sektor perbankan sempat „jatuh‟ dan mengalami penurunan
kinerja. Sektor perbankan merupakan sektor yang paling rentan terpengaruh akan
gejolak ekonomi global. Sektor perbankan yang mengalami krisis ketika itu juga
mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat untuk membeli sahamnya. Isu-isu yang
berkembang ketika itu mengakibatkan masyarakat tidak mempercayai bank untuk
investasinya, namun sekarang seiring dengan waktu telah terlihat pemulihan
pesat pada sektor ini. Sektor perbankan membuktikan eksistensinya dalam kinerja
dan pencapaian hasil yang cukup baik sehingga investor kembali tertarik membeli
sahamnya. Bahkan beberapa saham perbankan go public yang ada tercatat di
BEI memiliki kenaikan harga yang pesat dan termasuk dalam kategori saham paling
aktif dalam
Indeks
LQ 45. Perbankan yang terdaftar dan terbilang „tetap‟ posisinya di Indeks LQ 45
antara lain Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank Negara
Indonesia Tbk (BBNI), Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Bank CIMB Niaga Tbk
(BNGA), dan Bank Republik Indonesia, Tbk (BBRI). Terdapat beberapa bank lainnya
yang pernah menduduki Indeks LQ 45, namun keenam bank besar tersebut adalah
yang paling dominan dalam beberapa periode.
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Dalam
melakukan investasi investor pasti mengharapkan return yang tinggi namun
kemungkinan untuk mendapat risk akan selalu ada. Resiko yang dapat
terjadi pada saat berinvestasi umumnya ada dua macam, yaitu systematic risk (resiko
sistematik) dan unsystematic risk (resiko tidak sistematik). Resiko sistematik
yang sering juga disebut sebagi resiko pasar adalah resiko yang terjadi
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi di pasar yang berhubungan
dengan kondisi perekonomian suatu negara di masa itu, misalnya inflasi,
perubahan nilai tukar mata uang, atau kebijakan pemerintah. Sedangkan resiko
tidak sistematik adalah resiko yang berasal dari perusahaan itu sendiri atau
beberapa perusahaan sejenis yang berkenaan dengan likuiditas saham perusahaan
tersebut.
Dalam penghitungan
resiko saham, resiko sistematik dinyatakan dengan Beta (β).
Beta merupakan ukuran sensitif saham
terhadap pergerakan dan perubahan yang terjadi di pasar. Beta dihitung dengan
meregresikan secara sederhana return saham perusahaan per-bulan dengan return
saham Indeks Saham Gabungan (IHSG). Semakin besar nilai Beta, maka akan semakin
besar resiko sistematik mempengaruhi saham tersebut dan sebaliknya semakin
kecil Beta, semakin kecil resiko sitematik dapat mempengaruhinya. Perlu kita
ketahui
bahwa daya tahan setiap saham terhadap pergerakan pasar berbeda-beda. Dengan
adanya ukuran resiko ini investor dapat mengetahui seberapa besar daya tahan
saham tersebut pada kondisi pasar yang tidak menentu.
Saham yang berpotensi memberikan return yang tinggi
juga berpotensi memiliki resiko yang tinggi. Maka sebelum berinvestasi investor
perlu mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan keuntungan yang besar atau bisa
jadi mendapat kerugian yang besar pula. Untuk mendapatkan sedikit rasa aman
serta jaminan untuk tidak mendapatkan rugi besar maka investor harus jeli dalam
memilih dan menganalisa saham yang ingin dimilikinya tersebut. Pemilihan saham
ini juga berdasarkan potensi perusahaan tersebut menghasilkan keuntungan baik
sekarang maupun di masa mendatang dengan pertimbangan kemungkinan mendapat
rugi.
Untuk memilih dan menganalisis saham ada dua metode
analisis yang bisa dipergunakan, yaitu Analisis Fundamental dan Analisis
Teknikal. Analisis Fundamental merupakan analisis terhadap aspek-aspek fundamental
perusahaan yang merupakan gambaran dari kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan aspek-aspek fundamental, perusahaan yang bisa dinilai melalui rasio
keuangan perusahaan dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut yang
terdiri dari neraca,laporan laba rugi dan laporan arus kas. Sedangkan analisis
teknikal dinilai sebagai analisis instan karena hanya memperhatikan pergerakan
chart saja.
alam pemakaiannya kedua analisis ini tergantung
dengan motif investasi investor itu sendiri. Apabila investor ingin melakukan
investasi jangka panjang maka ia memerlukan analisis fundamental, karena dalam
jangka panjang kinerja dan kesehatan perusahaan dapat berubah, bisa saja
perusahaan rugi terus-menerus atau bangkrut. Tentu saja ini akan merugikan
investor. Maka untuk mendapat jaminan perusahaan sehat dan memiliki kinerja
yang baik dapat dianalisis melalui aspek-aspek fundamentalnya. Sedangkan
apabila investor ingin berinvestasi jangka pendek, maka ia cukup menggunakan
analisis teknikal, dengan memperhatikan harga saham dan waktu (trend naik atau
turun).
Analisis fundamental mengacu pada
laporan keuangan yang didalamnya terdapat rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan
rasio-rasio yang dianalisis antara lain ROA (Return On Assets), ROE (Return On
Equity), DER (Debt to Equity Ratio), Earning per Share (EPS) dan Price Earning
Ratio (PER).
Berdasarkan uraian dan
permasalahan yang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis
Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham
Perbankan
Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45.”
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Pengertian Pasar Modal
Menurut Kasmir (2009), pengertian pasar
modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Pasar modal memiliki
peran sentral dalam perekonomian, bahkan maju tidaknya ekonomi suaru negara
diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara tersebut (Fakhruddin dan
Sopian,2001:2).
2.
Saham
Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001),
saham adalah tanda penyerahan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan. Tujuan berinvestasi tentunya untuk mendapatkan keuntungan, baik capital
gain maupun dividen. Namun dalam memprediksi keuntungan perlu
diperhitungakan pergerakan saham perusahaan itu sendiri di pasar. Harga
saham tidak dapat
diprediksi bisa naik
dan turun sewaktu-waktu. Menurut
Salim
(2012:55-56),
pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam yaitu :
1.
Bullish, yaitu
dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa
terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan finansial secara
global atau kebijakan manajemen perusahaan.
2.
Bearish, yaitu
keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan merugikan investor.
Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harga rendah dan
rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga
saham bisa naik di masa depan.
3.
Sideways, yaitu
keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham
bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar dari waktu ke
waktu.
3.
Analisis Harga Saham
Harga saham di pasar akan menentukan
nilai suatu perusahaan, demikian juga nilai perusahaan yang berarti kinerja dan
kesehatan perusahaan juga mempengaruhi harga sahamnya. Kesehatan perusahaan
adalah jaminan investor untuk memprediksi keuntungan yang akan diterimanya di
masa mendatang. Apabila kinerja perusahaan baik, tentu keuntungan investor
dalam pembagian dividen akan bertambah dan harga sahamnya akan menjadi semakin
tinggi.
Investor
melakukan penilaian terhadap harga saham dengan membandingkan nilai intrinsik
perusahaan dengan harga saham. Sehingga dapat diketahui apakah harga saham overvalued
atau undervalued. Upaya untuk merumuskan cara menghitung harga saham
dilakukan dengan analisis dengan tujuan mendapatkan pengembalian yang memuaskan
dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut
(Halim,2005:20).
Dalam menganalisis harga saham ada dua
metode yang sering digunakan yaitu Analisis Teknikal dan Analisis Fundamental.
4.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal meperhatikan perubahan
harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini berasumsi bahwa harga suatu saham
hanya akan ditentukan oleh elastisitas penawaran dan permintaan atas saham
tersebut. Menurut Halim (2005:29), asumsi dasar yang berlaku dalam analisis
teknikal adalah :
1.
Harga saham ditentukan interaksi
penawaran dan permintaan
2.
Penawaran dan permintaan itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik rasional maupun irasional.
3.
Perubahan harga saham bergerak mengikuti
tren tertentu.
4.
Tren dapat berubah karena bergesernya
penawaran dan permintaan.
5.
Pergeseran penawaran dan permintaan
dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dan perilaku pasar.
6.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada
masa lalu akan terulang kembali di masa datang.
5.
Analisis Fundamental
“Fundamental
analysis is the process of identifying securities that are under or
over
valued at a point in time. In the quest for extraordinary returns, the
fundamental analysis attemps to uncover these special situations by applying a
variety of appraisal techniques” (Stevenson,
Richard.A, Edward Jennings dan David Loy,Fundamental Investment,1988:122).
Analisis fundamental
adalah proses untuk mengidentifikasi apakah sekuritas berada dibawah atau
diatas harga yang seharusnya (harga normal) pada suatu waktu tertentu.
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
Dalam
upaya untuk mendapatkan return yang tinggi, lebih dari yang biasanya,
analisis fundamental mengungkapkan situasi khusus dengan menggunakan berbagai
tehnik penilaian. Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai
intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu
saham dengan harga pasarnya guna mementukan apakah harga saham tersebut sudah
mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Halim,2005:21). Analisis
fundamental digunakan untuk memilih saham yang terbaik, sedangkan analisis
teknikal digunakan untuk menentukan saat yang tepat untuk membeli atau menjual
saham (Sinaga,2011:14).
Menurut Fakhruddin dan
Sopian (2001:55), analisis fundamental adalah teknik yang mencoba memperkirakan
harga saham di masa yanga akan datang dengan cara :
1.
Mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang.
2.
Menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham.
6.
Resiko Saham
Seperti yang kita ketahui dalam perdagangan saham
ada istilah high risk-high return, saham yang berpotensi
memberikan keuntungan yang tinggi memiliki resiko kerugian yang besar
pula. Pemegang saham dan calon investor perlu memperhatikan hal ini. Risk
atau resiko dalam perdagangan saham dapat diartikan sebagai kemungkinan return
aktual berbeda dengan return yang diharapkan (Tandelilin,2001:7). Resiko yang
ada pada pasar modal pada umumnya terbagi dua, yaitu resiko sistematik (systematic
risk) dan resiko tidak sistematik (unsystematic risk).
Resiko sistematik (systematic risk)
sering dikatakan sebagai resiko pasar karena dipengaruhi keadaan pasar dan
kondisi ekonomi yang sedang terjadi. Resiko ini merupakan resiko yang pasti ada
di setiap perusahaan yang ada di pasar modal. Sedangkan resiko tidak sistematik
(unsystematic risk) lebih cenderung berhubungan dengan keadaan dan
kinerja perusahaan itu sendiri atau perusahaan-perusahaan lain yang berada pada
sektor sejenis. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian resiko sistematik
yang berhubungan dengan indikator Beta.
Resiko
Sistematik
Resiko sistematik yang disebut juga resiko pasar
karena mempengaruhi semua perusahaan disebabkan oleh perubahan yang terjadi di
pasar. Perubahan-perubahan yang terjadi di pasar ini diluar dari keadaan
perusahaan itu sendiri, biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
kondisi perekonomian di masa itu, inflasi, perubahan tingkat suku bunga,
perubahan nilai tukar mata uang, sistem perpajakan yang diberlakukan
pemerintah, siklus bisnis, kebijakan pemerintah, dan faktor makro lainnya.
Dikatakan sistematik karena resiko ini adalah resiko yang saling berhubungan
yang menimbulkan dampak yang berkesinambungan dan diluar kendali bank (perusahaan)
itu sendiri.
Indikator
Beta
Beta adalah koefisien
pergerakan harga saham terhadap harga pasar. Beta merupakan tingkat sensitif
saham terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pasar. Resiko
sistematik adalah bagian dari pasar keseluruhan saham, kondisi pasar ini yang
akan menjadi indikator berubahnya harga saham perusahaan-perusahaan yang ada.
Yang merupakan ukuran keadaan keseluruhan harga saham di Indonesia merupakan
harga saham IHSG. Pertama, kita perlu mencari return pasar dan return
saham setiap perusahaan kemudian meregreskan keduanya sehing diperoleh nilai
Beta. Rumus mencari return pasar adalah sebagai berikut :
Dimana,
Rmt IHSG(t) IHSG(t-1)
|
Amanda
WBBA dan Wahyu Ario Pratomo: Analisis Fundamental dan Resiko Sistemik…
Rmt =
=
return pasar bulan t = harga saham bulan (t)
= harga saham bulan
sebelumnya
Kemudian kita masukkan dalam model
indeks tunggal. Menurut William Sharpe, cara menghitung resiko saham adalah
dengan menggunakan model indeks tunggal. Model indeks tunggal mengaitkan
perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar (Tandelilin,2001:68).
Secara matematis model indeks tunggal adalah sebagai berikut :
Ri
= αi
+ βi
Rm
+ ei
Dimana
:
Ri
|
=
|
return sekuritas i
|
Rm
|
= return indeks pasar
|
αi
|
=
|
bagian return
sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
|
βi
|
=
ukuran kepekaan return saham i terhadap perubahan return pasar
|
ei
|
= tingkat
kesalahan residual
|
Beta saham dapat dihitung dengan
meregresikan secara time-series return saham perusahaan per bulan dengan
return pasar (IHSG).
7.
Penelitian Terdahulu
Abidin (2007), dalam
hasil penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental Keuangan dan
Resiko Sistematik terhadap Harga Saham Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”, variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Investment
(ROI), Earning Per Share (EPS), Operating Provit Margin (OPM), Book Value
(BV),dan Beta. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan
ROI,EPS,OPM,BV,dan Beta berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun
secara parsial semua variabel selain Beta tidak signifikan berpengaruh terhadap
harga saham.
Silaban
(2011), meneliti pengaruh fundamental saham yang terdiri dari Earning Per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BVS), Return On Equity
(ROE),dan suku bunga dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Perubahan Rasio
Fundamental terhadap Harga saham Perusahaan Makanan Minuman yang ada di BEI”.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa secara simultan semua variabel yang
digunakan berpengaruh signifikan namun secara parsial variabel BVS, ROE dan
suku bunga tidak signifikan berpengaruh terhadap harga saham tersebut.
Sinaga
(2011), dalam penelitiannya “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage dan
Rasio Pasar terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menyimpulkan hasil bahwa secara simultan
variabel yang digunakan yaitu Net Provit Margin (NPM), Return On Equity (ROE),Debt
to Equity Ratio (DER),dan Earning Per Share (EPS),tidak berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga saham,sedangkan secara parsial NPM, ROE, DER, dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Nadeak (2011), dalam penelitiannya
berjudul “Pengaruh Return On Assets (ROA),Debt to Equity Ratio (DER),Book Value
(BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa
Efek Indonesia” menyimpulkan bahwa
secara simultan ROA, ROE, DER, dan BVS berpengaruh signifikan terhadap harga
saham sedangakan secara parsial ROE dan DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
210
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
Silitonga (2011), dalam penelitiannya
“Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE),dan Net
Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham Industri
Rokok di Bursa Efek Indonesia”
menyimpulkan secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan sedangkan
secara parsial hanya variabel ROE yang tidak berpengaruh signifikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor aspek fundamental keuangan perusahaan dan resiko sistematik yang ada di
pasar terhadap harga saham perusahaan tersebut. Saham perusahaan yang
dianalisis adalah saham perusahaan perbankan yang dominan di Indeks LQ 45 tahun
2007-2011. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Harga Saham, sedangkan
variabel bebasnya adalah aspek fundamental yang berupa ROA, ROE, DER, EPS, dan
PER dan resiko sistematik yang diwakilkan nilai Beta.
9. Hipotesis
Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2004:49). Hipotesis
penelitian ini dibentuk berdasarkan teori-teori yang membahas tentang hubungan
antar variabel. Jawaban sementara ini didasarkan pada teori yang ada, namun
belum merupakan hasil pengujian data dan penelitian secara empiris. Hipotesis
penelitian ini adalah dimana variabel bebas yang merupakan faktor-faktor
fundamental yang terdiri dari Return On assets (ROA), Return On Equity (ROE),
Debt to Equity Ratio (DER),
Amanda
WBBA dan Wahyu Ario Pratomo: Analisis Fundamental dan Resiko Sistemik…
Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Resiko Sistematik mempunyai
pengaruh signifikan terhadap Harga Saham secara parsial ataupun keseluruhan.
METODE
PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain kausal yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Dimana terdapat variabel dependen dan
independen.
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
menggunakan data-data kuantitatif, yaitu yang merupakan data numerikal (angka)
yang menjelaskan nilai setiap variabel. Penulis menggunakan media internet
untuk memperoleh data dengan mengunduh laporan keuangan dari situs Bank
bersangkutan yang mengeluarkan laporan keuangan publikasi, serta website resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan jangka waktu penelitian
selama 5 tahun, yaitu periode tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011.
3.
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2007),
populasi merupakan merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari ojek atau
subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2007:73).
Populasi dari penelitian ini adalah
bank-bank yang ada dalam list LQ 45 dan dengan periode waktu 5 tahun, berjumlah
10 perusahaan bank. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode purposive sampling, yakni pengambilan sampel dilakukan
penulis melalui pertimbangan dan dengan berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan
sampel penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Bank berada pada posisi dominan/paling
sering/tetap menduduki posisi di Indeks LQ 45 selama jangka waktu yang telah
ditentukan yaitu tahun 2007-2011.
2.
Bank yang memiliki laporan keuangan
selama periode 2007-2011.
3.
Bank tidak mengalami delisting dan
likuidasi selama periode 2007-2011.
4.
Bank aktif dalam menjual saham di Bursa
Efek selama periode 2007-2011
4.
Jenis Data
Penelitian ini
menggunakan data sekunder, yaitu data primer yang kemudian diolah lagi oleh peneliti.
Data merupakan data kuantitatif yang berupa data yang diukur dalam skala
numerik (angka) yang mewakili nilai variabel. Model regresi menggunakan pooled-data
(data panel) yang merupakan gabungan data time-series (deret waktu)
dan cross section. Penelitian dilakukan dengan dengan mengambil data
dari 6 bank selama periode 5 tahun yaitu tahun 2007-2011.
5.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari sumber-sumber yang berkenaan dengan bank, yang berupa
laporan keuangan publikasi, kemudian diolah kembali secara manual oleh
peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, yaitu dengan
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian dan dengan metode
dokumentasi yaitu dengan mengambil dokumen, jurnal, berkas atau data tertulis
yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian peneliti melakukan pengumpulan
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
data sekunder dengan mengunduh data
laporan keuangan publikasi yang dikeluarkan bank, website resmi Bursa Efek, dan
data harga saham dari http://www.finance.yahoo.com.
6.
Teknik Analisis
Dalam penelitian ini model analisis data yang
digunakan adalah model analisis statistik yang pengolahan datanya menggunakan
program Eviews 7. Penelitian ini menggunakan regresi linier dengan model
sebagai berikut :
Y
= α + b1X1
+ b2X2
+ b3X3
+ b4X4
+b5X5
+ b6X6
+ e
Dimana
:
Y
= Harga Saham (Price)
X1
= Return On Assets (ROA)
X2
= Return On Equity (ROE) X3
= Debt to Equity Ratio (DER) X4
= Earning Per Share (EPS) X5
= Price Earning Ratio (PER) X6
= Resiko Sistematik (Beta) α = Konstanta
βi = Koefisien Regresi
e = Kesalahan variabel pengganggu
Untuk mengetahui nilai yang efisien dari model
regresi linier diatas maka perlu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Sebelum melakukan uji asumsi klasik kita perlu
mengestimasi data panel dengan menggunakan tiga model persamaan yaitu Ordinary
Least Square (OLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) :
1.
Ordinary Least Square (OLS)
Metode ini menggabungkan data
time-series dan cross-section kemudian diregresikan dalam metode OLS. Namun
metode ini dikatakan tidak realistis karena dalam penggunaannya sering
diperoleh nilai intercept yang sama, sehingga tidak efisien digunakan dalam
setiap model estimasi.
2.
Fixed Effect Model (FEM)
Metode ini mengasumsikan bahwa terdapat
perbedaan antar individu variabel (cross-section) dan perbedaan tersebut dapat
dilihat melalui perbedaan intercept-nya. Menurut Pratomo dan Paidi
(2010:168), metode ini lebih efisien digunakan di dalam data panel apabila
jumlah kurun waktu lebih besar daripada jumlah individu variabel. Keunggulan
yang dimiliki metode ini adalah dapat membedakan efek individul dan efek waktu
dan metode ini tidak perlu menggunakan asumsi bahwa komponen error tidak
berkorelasi dengan variabel bebas.
3.
Random Effect Model (REM)
Dengan metode ini efek spesifik individu
variabel merupakan bagian dari error-term. Model ini berasumsi bahwa
error-term akan selalu ada dan mungkin berkorelasi sepanjang time-series dan
cross-section. Metode ini lebih baik digunakan pada data panel apabila jumlah individu
lebih besar daripada jumlah kurun waktu yang ada.
Dengan menggunakan
program Eviews terdapat Uji Hausman dan Uji Likehood Ratio. Uji Hausman dan Uji
Likehood Ratio akan membantu kita untuk menentukan metode apa yang paling
efisien digunakan dari ketiga model persamaan tersebut.
7.
Deskripsi Variabel
Amanda
WBBA dan Wahyu Ario Pratomo: Analisis Fundamental dan Resiko Sistemik…
Variabel terikat (dependent variable)
yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham yang
digunakan merupakan harga saham rata-rata pertahun sejak tahun 2007-2011.
Variabel bebas (independent variable)
yang digunakan adalah faktor fundamental perusahaan dan resiko sistematik
(beta). Berikut adalah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini :
1.
Return On Assets (ROA) yang merupakan
rasio profitabilitas bank yang menggambarkan kemampuan bank dalam memperoleh
laba dengan mengolah aset yang dimiliki bank tersebut dengan asumsi semakin
tinggi nilai ROA, semakin tinggi kemampuan bank memperoleh laba dan begitu pula
sebaliknya. Rumus menghitung ROA adalah sebagai berikut :
2.
Return On Equity (ROE) merupakan rasio
profitabilitas bank yeng mengukur kemampuan bank memperoleh laba yang merupakan
perbandingan antara laba dengan ekuitas (modal sendiri) bank tersebut. Rumus
mencari ROE adalah :
3.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
rasio utang yang mengukur seberapa besar perbandingan utang dengan ekuitas
(modal sendiri) bank tersebut. Semakin kecil nilai DER mengindikasikan
sedikitnya proporsi penggunaan utang untuk pembiayaan operasional perusahaan.
Rumus menghitung DER adalah :
4.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio
profitabilitas saham bank yang mengukur seberapa besar laba yang diberikan bank
kepada pemegang saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh
bank dalam penjualan setiap lembar sahamnya dengan asumsi jika laba yang
diterima tinggi maka harga saham akan semakin tinggi di pasar. Rumus mencari
EPS adalah :
5.
Price Earning Ratio (PER) merupakan
rasio saham yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar dengan
laba yang diterima dari setiap lembar saham. Menurut Fakhruddin dan Sopian
(2001:66), nilai PER yang tinggi menunjukkan ekpektasi investor tentang
prestasi perusahaan di masa mendatang cukup tinggi. Rumus mencari PER adalah :
6.
Resiko Sistematik merupakan resiko pasar
yang dapat diwakili oleh nilai Beta. Beta merupakan koefisien pergerakan harga
saham terhadap harga pasar (dalam hal ini di Indonesia adalah IHSG). Beta
dihitung dengan meregresikan secara time-series return saham dengan return
pasar per bulan, yang kemudian akan diketahui nilai beta per tahunnya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
1.
Sampel Penelitian
Sampel yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan bank besar di Indonesia
yang ditetapkan melalui kriteria pemilihan sampel yaitu : Bank Central Asia,Tbk
(BBCA), Bank Mandiri,Tbk (BMRI), Bank Danamon,Tbk (BDMN), Bank CIMB Niaga,Tbk
(BNGA), Bank Negara Indonesia,Tbk (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia,Tbk (BBRI).
Bank-bank tersebut merupakan bank besar yang paling dominan berada di Indeks LQ
45 dalam beberapa periode sejak tahun 2007-2011. Total obeservasi penelitian
adalah 30, yang merupakan gabungan 6 data cross-section dan 5 time-series
(kurun waktu).
2.
Hasil Persamaan Regresi
Persamaan regresi
dengan menggunakan metode data panel melalui program Eviews 7. Sebelumnya data
terlebih dahulu ditransformasikan dalam bentuk Logaritma Natural untuk
mendapatkan hasil yang lebih efisien, maka terjadi perubahan pada nama
variabel, contohnya ROA menjadi LROA.
Penulis melakukan estimasi dengan model
OLS namun tidak menunjukkan hasil yang baik, oleh sebab itu dilakukan lagi
pengujian dengan model REM atau FEM. Program Eviews 7 dengan sendirinya
menganjurkan pemakaian model FEM, namun untuk lebih pastinya penulis menguji
lagi dengan menggunakan uji Likelihood Ratio. Uji Likelihood Ratio menunjukkan
nilai probability Chi square 0,0000 signifikan yang artinya pengujian
dengan model FEM paling baik.
Berikut hasil persamaan
regresi dengan model FEM :
Tabel 1 Hasil Estimasi
dengan Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: LPRICE?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/31/12 Time: 02:04
Sample: 2007 2011
Included observations: 5
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced)
observations: 30
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C
|
1.226873
|
0.950924
|
1.290190
|
0.2133
|
LROA?
|
-0.117527
|
0.109284
|
-1.075434
|
0.2964
|
LROE?
|
0.058421
|
0.085263
|
0.685187
|
0.5020
|
LDER?
|
-0.397044
|
0.182056
|
-2.180888
|
0.0427
|
LEPS?
|
0.927881
|
0.089354
|
10.38434
|
0.0000
|
LPER?
|
0.789524
|
0.087247
|
9.049286
|
0.0000
|
BETA?
|
-0.852934
|
0.230279
|
-3.703921
|
0.0016
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Cross-section fixed (dummy
variables)
|
|
|
|
|
|
|
R-squared
|
0.988096
|
Mean dependent var
|
8.118859
|
Adjusted R-squared
|
0.980821
|
S.D. dependent var
|
0.757033
|
S.E. of regression
|
0.104841
|
Akaike info
criterion
|
-1.383564
|
Sum squared resid
|
0.197851
|
Schwarz criterion
|
-0.823085
|
Log likelihood
|
32.75346
|
F-statistic
|
|
135.8215
|
Durbin-Watson stat
|
1.804129
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
|
|
|
|
Hasil estimasi dapat
diinterprestasikan sebagai berikut :
215
Amanda
WBBA dan Wahyu Ario Pratomo: Analisis Fundamental dan Resiko Sistemik…
1.
Nilai koefisien determinasi (R-squared)
adalah sebesar 0,988096, dengan nilai probability 0,000000 yang artinya
variabel-variabel bebas yang terdiri dari ROA, ROE, DER, EPS, PER, dan
BETA dapat menjelaskan variabel terikat PRICE (Harga Saham) sebesar 98,80 %,
sedangkan 1,92 % lainnya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.
2.
Nilai koefisien ROA adalah -0,117527,
yang artinya terdapat pengaruh negatif variabel ROA terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 ROA akan menurunkan harga saham sebesar
-0,117527. Nilai probability adalah 0,2964 > 0,05 menunjukkan bahwa
ROA tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel harga saham. Hal ini berarti
informasi keuntungan yang diperoleh bank dengan perbandingannya terhadap total
aset tidak menjadi pertimbangan utama investor dalam keputusan berinvestasi,
hasil regresi malah menunjukkan terjadi penurunan harga saham setiap adanya
kenaikan pada ROA. Hal ini bertentangan dengan hipotesa dan teori yang telah
dipaparkan sebelumnya dimana seharusnya ROA berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham. Hasil dalam penelitian ini, bukan berarti menentang teori
yang ada, namun bisa jadi dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan 6 bank
sebagai sampel, bukan seluruh perusahaan yang menjual saham di bursa saham maka
penelitian tidak dapat menampilkan pengaruh positif ROA secara keseluruhan. Hal
ini juga mungkin dikarenakan pengaruh pasar dan perekonomian pada masa
penelitian.
3.
Nilai koefisien ROE adalah 0,058421,
yang artinya terdapat pengaruh positif variabel ROE terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 ROE akan menaikkan harga saham sebesar
0,058421. Nilai probability adalah 0,5020 > 0,05 ,menunjukkan bahwa
ROE tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel harga saham.
4.
Nilai koefisien DER adalah -0,397044,
yang artinya terdapat pengaruh negatif variabel DER terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 DER akan menurunkan harga saham sebesar
-0,397044. Nilai probability adalah 0,0427 < 0,05, menunjukkan bahwa
DER signifikan berpengaruh terhadap harga saham. DER adalah rasio utang
perusahaan, perbandingan utang dengan modal sendiri (ekuitas) merupakan
informasi yang dianggap penting bagi investor, karena semakin sedikit utang
yang dimiliki bank maka kegiatan operasional bank dianggap baik.
5.
Nilai koefisien EPS adalah 0,927881,
yang artinya terdapat pengaruh positif variabel EPS terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 EPS akan menaikkan harga saham sebesar
0,927881. Nilai probability adalah 0,0000 menunjukkan bahwa EPS signifikan
berpengaruh terhadap harga saham. EPS adalah rasio saham perusahaan yang
mengukur keuntungan (laba) yang diperoleh dari setiap penjualan lembar saham
yang dimiliki perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini perbankan yang
terdaftar dalam Indeks LQ 45 adalah bank-bank yang aktif dalam perdagangan
saham dan perolehan laba dari penjualan sahamnya. Besar EPS merupakan informasi
yang paling penting bagi investor, karena investor pasti ingin mendapatkan laba
dari setiap saham yang dimilikinya.
6.
Nilai koefisien PER adalah 0,789524,
yang artinya terdapat pengaruh positif variabel PER terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 PER akan
menaikkan harga saham sebesar 0,789524.
Nilai probability adalah 0,0000, menunjukkan bahwa PER signifikan
berpengaruh terhadap harga saham. PER merupakan rasio saham yang merupakan
perbandingan harga saham dengan penerimaan yang diperoleh atas hasil penjualan
saham tersebut. Nilai PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang
prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.
216
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
7.
Nilai koefisien BETA adalah -0,852934,
yang artinya terdapat pengaruh negatif variabel BETA terhadap variabel PRICE
(Harga Saham) dimana setiap kenaikan 1 BETA akan menurunkan harga saham sebesar
-0,852934. Nilai probability adalah 0.0016 < 0,05, menunjukkan bahwa
BETA signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Karena BETA merupakan ukuran
resiko, maka tentunya investor akan memilih saham yang memiliki daya tahan yang
cukup tinggi terhadap perubahan yang ada di dalam pasar. Adanya perubahan BETA
akan menurunkan harga saham karena akan mengurangi kepercayaan investor
terhadap daya tahan saham tersebut. Hasil yang signifikan juga menyatakan bahwa
indikator BETA merupakan informasi yang sangat penting bagi investor bagi
keputusannya dalam berinvestasi.
KESIMPULAN
DAN SARAN 1. Kesimpulan
Dengan
melihat hasil penelitian Analisis Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap
Harga saham Perbankan yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. ROE
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham keenam bank yang
terdaftar pada Indeks LQ 45. DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. EPS berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada
Indeks LQ 45. PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. BETA berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45.
2.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan
mengenai penelitian ini bagi investor dan calon investor yang ingin
berinvestasi saham di sektor perbankan LQ 45 hendaknya mempertimbangkan faktor
fundamental dan keadaan pasar saham secara umum di Indonesia pada saat ini.
Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan hendaknya
memperpanjang waktu (periode) penelitian dan menggunakan sampel perusahaan
lainnya yang ada di LQ 45 agar hasil penelitian semakin baik dan mencerminkan
perkembangan saham LQ 45 secara keseluruhan. Peneliti selanjutnya diharapkan
mencari variabel bebas lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap harga saham
yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Amanda
WBBA dan Wahyu Ario Pratomo: Analisis Fundamental dan Resiko Sistemik…
Buku
:
Azwar,
Syaifuddin. 2004. Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Djarwanto, 2004. Pokok-pokok Analisa
Laporan Keuangan, BPFE-Yogyakarta,
Yogyakarta.
Erlina,
Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen, Usu Press, Medan.
Fakhruddin,M
dan M.Sopian Hadianto, 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar
Modal, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Halim,
Abdul. 2005. Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir,
2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ketujuh, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Koch,
Edward.T, Debra DeSalvo dan Joshua A.Kennon, 2007. The Complete Ideal’s Guide
: Investing, 3rd Edition, Alpha Books, Prenada, Jakarta.
Pratomo,
Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2010. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam
Ekonometrika, Usu Press, Medan.
Salim, Joko. 2012. Jangan Coba-coba Main Saham
Sebelum Baca Buku Ini!, Cetakan pertama, Visimedia, Jakarta.
Sinaga,
Benny. 2011. Kitab Suci Pemain Saham 2 : Buku Saham Paling Fundamental,
Gerrmedia Komik, Cibubur.
Simarmata,
Dj.A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisa Proyek Investasi dan Pasar Modal,
Gramedia, Jakarta.
Stevenson, Richard.A, Edward H Jennings dan David
Loy. 1988. Fundamental Investment. Fourth Edition. West Publishing
Company. United State of America.
Sugiyono.
2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Jakarta
Suwanda, Harry. 2009. Rahasia Bebas Finansial
Dengan Berinvestasi di Pasar Modal, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Tandelilin,
Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi-Yogyakarta, Yogyakarta.
Usmandjoko,
Marzuki. Arys ilyas, Hasan Zein,M, I Gede Putu Ari Suta, I Nyoman Tjager, dan
Srihandoko. 1990. ABC Pasar Modal Indonesia. LPPI-ISEI, Jakarta.
Jurnal,
Tesis dan Skrispsi :
Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013
Abidin, Jamalul. 2007. “Analisis
Faktor Fundamental Keuangan dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham
Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Tesis
Fakultas Ekonomi
USU, Medan.
Nadeak, Annisa Suryani. 2011. “Pengaruh
Return on asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek
Indonesia”.Skripsi
Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Nadeak,
Annisa Suryani. 2011. “Pengaruh Return on asset (ROA), Return on Equity (ROE),
Debt to Equity Ratio (DER), Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham
Properti
di Bursa Efek Indonesia”.Skripsi Fakultas Ekonomi USU,
Medan.
Silaban,
Anestasya M. 2012. “Pengaruh Perubahan Rasio Fundamental Keuangan dan
Tigkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di BEI”, Skripsi Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Silitonga, Leonardo Guntur H. 2011. “Analisis
Pengaruh Price Earning Ratio(PER), Return on Equity(ROE),dan Net Profit
Margin(NPM) terhadap Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia”,
Skripsi Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Sinaga,
Azwani. 2011. “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage dan rasio pasa
terhadap harga saham pada perusahaan Real Estate dan property yag terdaftar
di Bursa
Efek
Indonesia” Skripsi Fakultas Ekonomi USU, Medan.